Pertengkaran dalam Keluarga dan Penyebabnya

Ilustrasi. (Foto : wapannuri.com)

Ilustrasi. (Foto : wapannuri.com)

Syahida.com – Tidak ada rumah tangga di dunia ini yang terlepas dari pertengkaran, dan tidak ada pasangan suami-istri yang mempunyai pendapat yang sama dalam segala hal. DR. Terman dari Universitas Stanford dan sejumlah pakar lainnya telah mengumpulkan sekitar 60 masalah yang dapat menjadi pemicu petengkaran antara suami-istri. Namun ingat, pertengkaran bukanlah sesuatu yang harus dikhawatirkan. Justru sebaliknya, pertengakaran adalah suatu hal yang wajar, namun yang perlu kita bicarakan di sini adalah bagaimana menyikapinya. Ada sebagian orang yang berhasil merubah pertengkaran menjadi sesuatu yang bermanfaat. Mereka dapat menyulap ujian menjadi karunia. Mereka merasa tanpa adanya pertengkaran tidak ada keridhaan, tanpa adanya keacuhan tidak ada kemanjaan, dan tanpa dorongan tidak ada gerakan. Pepatah Inggris mengatakan, “Pengalaman yang menyusahkanku adalah pengalaman yang memberiku pelajaran.”

Banyak masalah yang mengandung manfaat dan menjadi pengalaman berharga bagi kehidupan masa depan seseorang. Bahkan, ada sebagian orang yang tidak dapat hidup, kecuali dalam situasi darurat. Sebaliknya, ketika seseorang tidak mampu menyelesaikan permasalahan, dia menjadi acuh dengan pasangan hidupnya, mendramatisir masalah, dan mudah marah. Dialah satu-satunya orang yang rugi dan kehidupannya seperti di neraka. Di antara penyebab utama pertengkaran dalam rumah tangga adalah:

1. Perbedaan fitrah. Laki-laki mempunyai sifat yang berbeda  dengan wanita. Cara berbicara laki-laki ketika menyampaikan suatu masalah dan memberikan solusinya juga berbeda dengan wanita. Perbedaan fitrah inilah salah satu faktor terpenting pertengkaran dalam rumah tangga.

2. Salah satu dari pasangan mempunyai akhlak yang tidak baik. Jika salah satu dari pasangan bertingkah laku negatif pertengkaran akan berkobar dan menyebar.

3. Biasanya pertengkaran terjadi ketika salah satu dari pasangan atau bahkan keduanya sedang kesusahan seperti sakit, berhutang, atau kehilangan orang yang dicintai.

4. Adanya kesalahan dalam memahami konsep rumah tangga. Misalnya, salah satu dari pasangan –khususnya suami, meminta pihak lain agar selalu menurutinya, atau tidak menghargai kepribadian pihak lain dan tidak menyikapinya sebagai orang yang berkepribadian mandiri dan berkarakter khusus.

5. Pasangan tidak mengetahui haknya satu sama lain.

6. Tidak saling pengertian dalam hubungan seks. Ini sebenarnya salah satu masalah penting yang sering dihapadi oleh pasangan suami istri. Namun, sebagian besar pertengkaran dapat disebabkan oleh faktor lain, seperti adanya campur tangan dari pihak ketiga, adanya kekerasan, dan egoisme. Semua itu muncul karena adanya pemahaman yang salah, tidak mengetahui hak masing-masing, atau adanya perilaku yang tidak baik. Para ahli menyebutkan ada 4 jenis permasalahan rumah tangga, yaitu:



1. Tampak, seperti adanya penganiayaan fisik dan penghinaan secara terang-terangan.

2. Tak tampak, seperti menyimpan marah dan kesal.

3. Sementara, seperti sindiran atau ejekan

4. Selamanya, seperti tabiat/karakter bakhil dan mudah tersinggung

-Orang yang paling berakal adalah orang yang paling mudah memaafkan orang lain-

Bagaimana Suatu Masalah Dapat Terjadi?

Suatu hari Maryam meminta ‘Imad, suaminya untuk membelikan baju yang pernah ia lihat di sebuah toko. Namun sayang, saat itu ‘Imad sedang berusaha mewujudkan keinginannya untuk membeli mobil yang menurutnya dapat menjadi sarana transportasi keluarga. ‘Imad akhirnya tidak mengabulkan permintaan Maryam dengan alasan dia akan membeli mobil. Untuk itu, keduanya harus berjuang keras mewujudkannya.

Mendengar penolakan itu, Maryam merasa kesal. Dalam batinnya, dia bergumam, ‘Imad selalu menolak dan tidak menghiraukan permintaanya sambil terus menerus mencari bukti-bukti pada masa lalu dimana ‘Imad pernah menolak permintaanya. Maryam larut memikirkan itu sehingga rasa kesalnya semakin menggebu. Ujung-ujungnya dia bersikap acuh kepada ‘Imad. Sikap itu membuat ‘Imad marah dan mendorongnya untuk bersikap serupa. Tak berapa lama kemudian, permasalahan itu mulai meledak dan menggetarkan rumah tangga mereka.

Dari contoh di atas, kita ketahui pertengkaran dalam rumah tangga menapaki 3 fase, yaitu:

1. Adanya kejadian yang menimbulkan masalah

2. Kejadian tersebut memberikan pengaruh pada kondisi batin suami atau istri akibat cara mereka dalam menyikapi kejadian tersebut

3. Muncul tindakan lahiriah sebagai bentuk pelampiasan dari perasaan batin

untuk lebih jelasnya simaklah pola di bawah ini:

Kejadian awal

Maryam meminta baju baru dan ‘Imad tidak mengabulkan

Akibat

Muncul bisikan dalam jiwa Maryam akibat penolakan itu, seperti ‘Imad tidak memperhatikan aku, dia tidak menghiraukan aku

Tindakan Lahiriyah

Bentuk pelampiasan dari kekecewaan Maryam (acuh, tidak memperhatikan dan tidak ramah kepada ‘Imad)

Apa yang dialami Maryam dan ‘Imad sering terjadi di rumah tangga kita. Seorang istri meminta sesuatu, namun ditolak sang suami tanpa memberikan alasan, atau karena istri tidak menerima alasan tersebut. Kemudian istri mulai dihantui oleh penafsiran-penafsiran seperti, “suamiku menolak permintaanku karena membenciku” atau “dia tidak memperhatikan diriku dan permintaanku”. Akhirnya, perasaan ini tidak tampak dalam wujud sikap tertentu, seperti acuh dengan suami atau sengaja berbuat sesuatu yang menjengkelkan suami. Masalah-masalah ini dapat kita atasi dengan memperhatikan hal-hal di bawah ini:

 

1. Selalu mengungkapkan niat baik dan memberikan alasan yang tepat kepada pasangan Anda. Karena, prasangka dapat merubah sesuatu yang mudah menjadi susah. Ahmad Syauqi bersyair:

Prasangka dapat menggiring perasaan

Membujukmu bahwa tak ada kebaikan

2. Menguasai diri ketika menerima reaksi. Meskipun kita merasa ucapan pasangan kita menjengkelkan. Ingatlah selalu firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

“…Dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. (Ali Imran: 3: 134)

3. Mengungkapkan isi hati kita dengan tenang, bersedia menerima alasan pasangan, dan jangan menyimpan perasaan negatif agar tidak tumbuh dan berkembang

-Persengketaan yang lama membuktikan kedua belah pihak telah berbuat kesalahan-

Semua Masalah Harus Diselesaikan

Seorang penyair berkata,

Cukup sebagai bukti orang yang bersalah perasaan mengucapkan: “Andai saja aku tidak berbuat kesalahan”

Jika suatu masalah terlanjur terjadi dalam rumah tangga, apa masalah itu dapat diselesaikan?

Sebelum menjawabnya, saya ingin mengungkapkan kesalahan terbesar yang sering dilakukan pasangan suami-istri  yang dapat memperparah masalah rumah tangga. Kesalahan itu adalah membiarkan permasalahan mengambang tanpa ada penyelesaian. Terkadang, ketika pasangan suami-istri menghadapi masalah kecil, keduanya bersedia membicarakannya hingga saling beradu berargumen. Namun akhirnya, pembicaraan itu tidak berakhir dengan suatu solusi konkrit. Muncul permasalahan kecil lainnya dan tetap saja tidak dicarikan jalan keluarnya. Lalu, muncul permasalahan yang ketiga, keempat, kesepuluh dan begitu seerusnya. Begitu seluruh permasahan yang terpendam tanpa solusi tadi ke permukaan, sehingga permasalahan yang dibicarakan serta dibahas menjadi menumpuk tiga atau empat kali lipat dan semakin menambah beban masalah.

Tanpa adanya solusi konkret atas masalah kecil ataupun besar dan tanpa adanya keputusan tegas yang diambil, semua itu akan menyesakkan dada pasangan atau salah satunya, sehingga suatu saat nanti bakal terjadi ledakan mengejutkan yang tidak diduga-duga.

Untuk menghadapi masalah yang berbahaya ini, kita harus menutup semua masalah yang ada, menyelesaikannya dengan tuntas dan tidak membuka kembali permasalahan tersebut. Hal  itu dapat ditempuh dengan cara duduk bersama atau mengajak bicara pasangan di saat yang tepat .

Siapa yang mencari-cari kesalahan, tak akan mendapati kasih sayang-

[Syahida.com]

Sumber : Kitab Teruntuk Sepasang Kekasih, Karim Asy-Sadzili 

Share this post

PinIt
scroll to top