Syahida.com – Diantara doa yang disebutkan dalam al-Qur’an melalui lisan para nabi Allah, adalah doa Nabi Ayyub. Ada yang mengatakan bahwa ia berasal dari keturunan Al-Aish bin Ishaq bin Ibrahim. Karena itu, ia berarti berasal dari Rum, karena orang Rum berasal dari keturunan Al-Aish bin Ishaq.
Sebagaimana dikisahkan oleh para ulama tafsir dan sejarah, Ayyub adalah orang yang memiliki banyak harta dan anak, sehingga dikatakan bahwa tanah Huran adalah miliknya. Tetapi kemudian, Allah mengujinya dengan mengambil semua harta serta anaknya, bahkan ia juga diberi ujian pada badannya dengan berbagai macam penyakit, sehingga seluruh anggota badannya penuh dengan penyakit kecuali hati dan mulutnya yang dipergunakannya untuk berzikir kepada Allah swt. Akan tetapi, menghadapi semua itu Ayyub bersabar dan selalu bermuhasabah.
Penyakitnya yang berkepanjangan membuatnya terasingkan dari kawan-kawannya dan diusir dari negerinya, bahkan Ayyub dicampakkan ke tempat pembuangan sampah. Ayyub benar-benar terputus dari pergaulan manusia dan tidak seorang pun yang tetap bersamanya, kecuali istrinya, Rahmah binti Afratsim. Istrinya pun merasa pesimis untuk dapat menghilangkan masalah yang menimpa Ayyub, namun ia tetap mengurusi kebutuhannya dan menghidangkan makanan untuknya. Istrinya bersabar bersamanya meskipun telah kehilangan harta serta anak-anaknya. Dengan kondisi seperti itu, ia akhirnya bekerja sebagai pembantu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari suaminya.
Semakin berlalunya hari dan tahun, dengan penyakit yang dideritanya, keimanan Nabi Ayyub sama sekali tidak berkurang, bahkan Ayyub semakin beriman dan berzikir kepada Allah, hingga kesabarannya menjadi contoh dalam menghadapi cobaan.
Pada suatu hari, istrinya tidak dapat membeli makanan untuk Ayyub karena semua orang khawatir akan dampak buruk jika mempekerjakannya. Akhirnya, kondisi ini membuat istri Ayyub menjual rambutnya kepada anak-anak perempuan kaya. Dengan uang yang diperolehnya, ia dapat membeli makanan untuk suaminya.
Tatkala Ayyub melihat perubahan pada rambut istrinya, Ayyub tidak menerima makanan yang dibawanya dan bersumpah tidak akan memakan makanan itu. Ayyub kemudian berdoa kepada Tuhannya dengan doa yang penuh berkah, yang kemudian tertulis dalam al-qur’an,
وَأَيُّوبَ إِذْ نَادَىٰ رَبَّهُ أَنِّي مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَأَنتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ
Dan (ingatlah kisah) Ayyub, ketika ia menyeru Tuhannya, “(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang diantara semua penyayang.” (al-Anbiya [21]: 83)
وَاذْكُرْ عَبْدَنَا أَيُّوبَ إِذْ نَادَىٰ رَبَّهُ أَنِّي مَسَّنِيَ الشَّيْطَانُ بِنُصْبٍ وَعَذَابٍ
Dan ingatlah akan hamba Kami, Ayyub, ketika ia menyeru Tuhannya; Sesungguhnya aku diganggu setan dengan kepayahan dan siksaan.” (Shad [38]: 41)
Lalu Allah swt mengabulkan doanya dan menyingkap tabir bahaya itu.
ارْكُضْ بِرِجْلِكَ ۖ هَٰذَا مُغْتَسَلٌ بَارِدٌ وَشَرَابٌ
وَوَهَبْنَا لَهُ أَهْلَهُ وَمِثْلَهُم مَّعَهُمْ رَحْمَةً مِّنَّا وَذِكْرَىٰ لِأُولِي الْأَلْبَابِ
(Allah berfirman), “Hantamkanlah kakimu; Inilah air yang sejuk untuk mandi dan untuk minum.” Dan Kami anugerahi dia (dengan mengumpulkan kembali) keluarganya dan (Kami tambahkan) kepada mereka sebanyak mereka pula sebagai rahmat dari Kami dan pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai pikiran.” (Shad [38]: 42-43)
Allah swt juga berfirman,
فَاسْتَجَبْنَا لَهُ فَكَشَفْنَا مَا بِهِ مِن ضُرٍّ ۖ وَآتَيْنَاهُ أَهْلَهُ وَمِثْلَهُم مَّعَهُمْ رَحْمَةً مِّنْ عِندِنَا وَذِكْرَىٰ لِلْعَابِدِينَ
Maka Kami pun memperkenankan doanya, lalu Kami lenyapkan penyakitnya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami lipat gandakan bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah. (al-Anbiya [21]: 84)
Allah pun menjadikannya sehat, yakni dengan memerintahkan Ayyub untuk menghentakkan kakinya ke bumi sehingga keluarlah air dingin darinya. Ia minum dan mandi darinya hingga badannya pun menjadi sehat kembali.
Sesungguhnya Allah Maha Menyembuhkan dan Menyehatkan serta Mahakuasa atas segala sesuatu.
Kemudian Allah memberikan harta kepada Ayyub dengan jumlah yang berlipat ganda dari sebelum ia terkena ujian, demikian juga rezekinya dengan semakin bertambah anaknya. Ini benar-benar rahmat dari Allah dan balasan atas kesabarannya.
Ibnu Abu Hatim menyebutkan dari ‘Abdullah bin Amir, ia berkata, “Ayyub mempunyai dua orang saudara. Suatu hari, keduanya datang kepada Ayyub, namun keduanya tidak mau mendekatinya karena bau yang menyengat, sehingga keduanya berdiri dari jarak yang jauh.” Salah seorang saudaranya berkata, ‘Kalau saja Allah mengetahui yang terbaik bagi Ayyub, niscaya ia tidak akan diuji dengan ini.’ Ayyub sangat terkejut dan tidak pernah terkejut seperti ini sebelumnya. Ia pun berdoa, ‘Ya Allah, seandainya Engkau mengetahui bahwa aku tidak pernah melewati malam-malamku dalam keadaan kenyang sama sekali, dan aku mengetahui tempat orang yang kelaparan, maka tunjukkanlah kepadaku.” Kemudian ditunjukkanlah dari langit sehingga kedua saudara itu mendengarnya.
Kemudian ia berdoa, ‘Ya Allah, apabila Engkau tahu bahwa aku tidak mempunyai dua lembar pakaian saja dan aku tahu tempat tercela, maka tunjukkanlah kepadaku.’ Lalu ditunjukkanlah dari langit dan kedua saudara itu mendengarnya.
Ia kemudian berdoa, ‘Ya Allah dengan kemuliaan-Mu,’ ia tunduk dan sujud, seraya berkata, ‘Ya Allah dengan kemuliaan-Mu, aku tidak akan mengangkat kepalaku selamanya hingga terbuka bagiku,’ dan tidak diangkat kepalanya hingga dibukakan baginya. (Lihat Qashash al-Anbiya’ karangan Ibnu Katsir). [Syahida.com]
“Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang diantara semua penyayang.”
Sumber : Agar Doa Dikabulkan Allah, Manshur Abdul Hakim