Kisah Nabi Yusuf (Bagian Ke-1) : Nabi Yusuf Bin Rahil

Ilustrasi. (Foto : greenwichmeantime.com)

Ilustrasi. (Foto : greenwichmeantime.com)

Syahida.com – Allah SWT menurunkan satu surah Al-Qur’an terkait kisahnya, agar hikmah, pelajaran, etika, dan perintah yang ada di dalamnya dijadikan i’tibar (pelajaran). Aku berlindung kepada Allah dari (godaan) setan yang terkutuk. Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.

12:1

12:2

12:3

 

“Alif Lam Ra. Ini adalah ayat kitab (Al-Qur’an) yang jelas. Sesungguhnya, Kami menurunkannya sebagai Qur’an berbahasa Arab, agar kamu mengerti. Kami menceritakan kepadamu (Muhammad) kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al-Qur’an ini kepadamu dan sesungguhnya engkau sebelum itu termasuk orang yang tidak mengetahui.” (Yusuf: 1-3).

Huruf-huruf potongan di awal surah sudah kita bahas di awal tafsir surah Al-Baqarah. Bagi yang ingin mengetahui secara jelas, silakan dibaca. Surah ini secara utuh juga sudah kita bicarakan di sejumlah tempat dalam kitab tafsir. Berikut akan kami sampaikan kisah ini secara singkat.

Inti penjelasan terkait masalah ini, Allah memuji kisah-Nya yang Ia turunkan kepada hamba dan rasul-Nya dengan bahasa Arab yang fasih dan jelas, dipahami oleh siapa pun yang memiliki akal, cerdas dan suci jiwanya. Al-Qur’an adalah kitab paling mulia yang turun dari langit. Diturunkan oleh malaikat yang paling mulia kepada manusia paling mulia, diwaktu dan tempat paling mulia, dengan bahasa paling fasih dan jelas.



Untuk kisah-kisah masa lalu ataupun yang akan datang. Al-Qur’an menyampaikannya dengan sangat baik dan jelas, memperlihatkan kebenaran yang diperselisihkan manusia, menolak dan membantah kebatilan serta kepalsuan yang ada.

Untuk perintah-perintah dan larang-larangan, Al-Qur’an  adalah syariat paling adil, manhaj paling jelas, hukum paling jelas sekaligus adil.

Seperti yang Allah firmankan, “Telah sempurnalah kalimat Rabbmu (Al-Qur’an) sebagai kalimat yang benar dan adil.” (Al-An’am: 115). Yaitu benar dalam berita-berita yang disampaikan, adil dalam perintah dan larangan.

Karena itu Allah SWT berfirman, “Kami menceritakan kepadamu (Muhammad) kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al-Qur’an ini kepadamu, dan sesungguhnya engkau sebelum itu termasuk orang yang tidak mengetahui.” (Yusuf: 3).

Seperti yang Allah firmankan dalam surah berbeda, “Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu (Muhammad) ruh (Al-Qur’an) dengan perintah Kami. Sebelumnya engkau tidaklah mengetahui apakah Kitab (Al-Qur’an) sebagai kalimat yang benar dan adil.” (Al-An’am: 115). Yaitu benar dalam berita-berita perintah dan larangan.

Diturunkan oleh malaikat yang paling mulia kepada manusia yang paling mulia, di waktu dan tempat yang paling mulia, dengan bahasa paling fasih dan jelas.

Untuk kisah-kisah masa lalu ataupun yang akan datang. Al-Qur’an menyampaikannya dengan sangat baik dan jelas, memperlihatkan kebenaran yang diperselisihkan manusia, menolak dan membantah kebatilan serta kepalsuan yang ada.

Untuk perintah-perintah dan larangan-larangan, Al-Qur’an adalah syariat paling adil, manhaj paling jelas, hukum paling  jelas sekaligus adil.

Seperti yang Allah firmankan, “Telah sempurnalah kalimat Rabbmu (Al-Qur’an) sebagai kalimat yang benar dan adil,” (Al-An’am: 115). Yaitu benar dalam berita-berita yang disampaikan, adil dalam perintah dan larangan.

Karena itu Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Kami menceritakan kepadamu (Muhammad) kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al-Qur’an ini kepadamu dan sesungguhnya engkau sebelum itu termasuk orang yangtidak mengetahui.” (Yusuf: 3).

Seperti yang Allah firmankan dalam surah berbeda, “Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu (Muhammad) ruh (Al-Qur’an) dengan perintah Kami. Sebelumnya engkau tidaklah mengetahui apakah Kitab (Al-Qur’an) dan apakah iman itu, tetapi Kami jadikan Al-Qur’an itu cahaya, dengan itu Kami memberi petunjuk siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sungguh, engkau benar-benar membimbing (manusia) kepada jalan yang lurus, (yaitu) jalan Allah yang milik-Nyalah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Ingatlah, segala urusan kembali kepada Allah.” (Asy-Syura: 51-53).

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Demikianlah Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) sebagian kisah (umat) yang telah lalu dan sungguh, telah Kami berikan kepadamu suatu peringatan (Al-Qur’an) dari sisi Kami. Barangsiapa berpaling darinya (Al-Qur’an), maka sesungguhnya dia akan memikul beban yang berat (dosa) pada hari Kiamat, mereka kekal di dalam keadaan itu. Dan sungguh buruk beban dosa itu bagi mereka pada hari Kiamat.” (Asy-Syura: 99-101).

Yaitu, siapa berpaling dari Al-Qur’an dan mengikuti kitab-kitab lain, ancaman di atas berlaku baginya, seperti yang disebutkan dalam hadist yang diriwayatkan dalam Al-Musnad dan Sunan At-Tirmidzi dari Amirul Mukminin Ali secara marfu’ dan mauquf, “Siapa mencari petunjuk dari selainnya (Al-Qur’an), Allah menyesatkannya.”

Imam Ahmad menuturkan, “Suraj bin Nu’man bercerita kepada kami, Hisyam bercerita kepada kami. Khalid memberitakan kepada kami dari Asy-Sya’bi, dari Jabir, suatu ketika Umar bin Khaththab datang menemui Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, beliau marah dan berkata, ‘Apa kalian bingung (dalam menjalankan syariat Islam sampai kalian mengambil ajaran dari Yahudi), wahai Ibnu Khaththab? Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya , sungguh aku telah membawakannya (syariat) dalam keadaan putih dan bersih. Jangan sampai kalian bertanya kepada mereka (Yahudi) tentang apa pun lalu mereka menyampaikan kebenaran, kemudian kalian mendustakan (kebenaran) itu, atau (mereka menyampaikan) suatu kebatilan pada kalian lalu kalian percayai. Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, andai Musa hidup, ia tidak bisa berbuat apa pun selain mengikuti (syariat)ku’.” Sanadnya shahih.[1]

Ahmad juga meriwayatkan hadist ini melalui jalur lain dari Umar, disebutkan; Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam kemudian mengatakan, “Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, andai Musa berada di tengah-tengah kalian, lalu kalian mengikutinya dan meninggalkanku, kalian tentu tersesat. Kalian adalah umatku dan aku adalah nabi kalian’.”[2]

Jalur-jalur riwayat hadist ini juga bentuk-bentuk matannya sudah disebutkan di bagian awal surah Yusuf. Sebagian matan hadist menyebutkan; Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyampaikan khotbah di hadapan khalayak, dalam khutbahnya beliau mengatakan, “Wahai semuanya! Sungguh, aku diberi jawami’ul kalim (singkat kata namun dalam makna) dan penutup-penutupnya, (wahyu disampaikan kepadaku) seringkas mungkin, dan aku telah menyampaikannya kepada kalian dalam kondisi putih bersih, maka janganlah kalian bingung. Jangan sampai orang-orang bingung membuat kalian terpedaya .” setelah itu, beliau memerintahkan seluruh isi lembaran-lembaran tersebut untuk dihapus huruf demi huruf.[3]  [Syahida.com]

  1. Ahmad dalam Musnadnya
  2. Musnad Ahmad
  3. Al-Hafizh Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya, dari Abu Ya’la Al-Mushili, selanjutnya ia menyatakan, “Abdurrahman bin Ishaq adalah Abu Syaibah Al-Wasithi. Ia dan juga gurunya dinyatakan dhaif oleh para ahli hadist.” (Tafsir Ibnu Katsir, IV/296).

===========

Bersambung……

Sumber : Kitab Ibnu Katsir, Kisah Para Nabi, Kisah 31 Nabi dari Adam Hingga Isa, Versi Tahqiq

Share this post

PinIt
scroll to top