Hukum Teringat akan Hal-Hal yang Tidak Termasuk Amalan Shalat

Ilustrasi. (Foto : youtube.com)

Ilustrasi. (Foto : youtube.com)

Syahida.com – Dari Abu Hurairah r.a diriwayatkan bahwa Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,

“Jika telah terdengar suara azan, setan pun lari terbirit-birit dan mengeluarkan kentut hingga tidak terdengar suara azan itu. Apabila azan telah selesai, setan itu kembali lagi. Ketika dibacakan iqamat, ia menyingkir dan lari, tapi setelah selesai, ia datang lagi untuk menggoda hati seseorang. Setan berkata, ‘Ingatlah ini dan ingatlah itu!’ Orang itu pun teringat lagi akan hal yang tadinya tidak diingatnya hingga ia pun tidak menyadari berapa rakaat yang telah dilakukannya. Karena itu, jika seseorang tidak tahu apakah ia telah melakukan tiga ataukah empat rakaat, hendaklah ia sujud dua kali sewaktu duduk!” (HR. Bukhari dan Muslim)

Bukhari meriwayatkan bahwa Umar berkata, ‘Adakalanya aku menyiapkan tentara sewaktu aku sedang mengerjakan shalat.” Meskipun shalat seperti ini dianggap sah, seharusnya orang yang mengerjakan shalat itu menghadapkan hatinya kepada Allah serta melenyapkan segala godaan dengan memikirkan arti ayat-ayat dan menghayati hikmah setiap amalan dalam shalat. Hal ini karena amal yang akan dicatat malaikat merupakan amal yang dikerjakan dalam keadaan kesadaran.

Abu Dawud, Nasa’i, Ibnu Hibban meriwayatkan dari Ammar bin Yasir, ia berkata,

“Aku mendengar Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, ‘Ada orang yang selesai mengerjakan shalat, tetapi amal yang dicatat malaikat tidak lebih dari sepersepuluhnya, ada yang sepersembilan, seperdelapan, sepertujuh, seperenam, seperlima, sepertiga atau separuhnya saja.’”

Bazzar meriwayatkan dari Anas bahwa Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda dalam sebuah hadits qudsi,

“Allah Azza wa Jalla berfirman, ‘Shalat yang Kuterima itu hanyalah dari seseorang yang tunduk akan kebesaran-Ku, tidak bersikap sombong terhadap makhluk-Ku, dan tidak terus menerus berbuat maksiat kepada-Ku. Waktu siang digunakan berzikir kepada-Ku dan ia menaruh belas kasihan kepada orang miskin, ibnu sabil, janda dan orang yang ditimpa bencana. Orang itu akan bercahaya – cahaya bagaikan cahaya matahari, Kupelihara ia dengan kemuliaan-Ku, Kuserahkan penjagaannya kepada malaikat-Ku, Kuberi ia cahaya dalam kegelapan serta kesabaran menghadapi kebodohan orang. Perumpamaannya di antara makhluk-makhluk lain tidak ada bedanya bagaikan surga Firdaus di antara surga-surga lainnya.”

“Barangsiapa berwudhu dan menyempurnakan wudhunya itu kemudian mengerjakan shalat dua rakaat dan ia tidak melamun dalam keduanya maka dosa-dosanya yang telah lalu diampuni Allah.”



Muslim meriwayatkan, Utsman bin Abdul Ash berkata,

“Ya Rasulullah, sesungguhnya setan telah menganggu hatiku ketika shalat dan waktu membaca sehingga aku jadi bimbang karenanya.” Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Itulah dia setan yang bernama Khanzab! Jika engkau merasakan godaannya, mintalah perlindungan kepada Allah, yakni dengan mengucapkan ta’awwudz dan meludahlah ke sebelah kirimu sebanyak tiga kali.’” Utsman selanjutnya berkata, ‘Ajaran itu pun aku kerjakan dan Allah melenyapkan godaan itu dari diriku.”

Diriwayatkan pula dari Abu Hurairah ra. Bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda dalam sebuah hadits qudsi,

“Telah berfirman Allah azza wa Jalla, ‘Aku telah membagi dua bacaan Al Fatihah dalam shalat itu dengan hamba-Ku, sedangkan ia akan memperoleh apa yang dimintanya.’ Jika ia membaca alhamdulillahi rabbil ‘alamin, Allah ‘Azza wa Jalla pun berfirman, ‘Hamba-Ku telah memuji-Ku. Jika ia membaca, ‘Ar-Rahmaanir Rahiim.’ Allah berfirman, ‘Hamba-Ku mengucapkan syukur kepada-Ku.’ Jika ia membaca, ‘Maaliki Yawmid Diin.’ Allah Ta’ala berfirman, ‘Hamba-Ku telah memuliakan-Ku dan menyerah dirinya kepada-Ku.’ Dan bila dia mengucapkan, ‘Iyyaaka na’budu wa iyyaaka nasta’iin.’ Allah berfirman, ‘Inilah batas di antara-Ku dan hamba-Ku, dan ia pun akan memperoleh apa yang dimintanya.’ Kemudian jika ia membaca, ‘Ihdinash Shiraathal Mustaqiim Shiraathal Ladziina An’amta ‘alaihim Ghairil Maghdlubi ‘alaihim wa ladl Dlâllîn.’ Allah berfirman, ‘Inilah dia bagian hamba-Ku dan ia pun akan memperoleh apa yang dimintanya itu.”  [Syahida.com]

Sumber : Kitab Fiqih Sunnah, Sayyid Sabiq, Penerbit Pena 

Share this post

PinIt
scroll to top