Astaghfirullah, Inilah Siksa Terberat di Dalam Neraka

Lava. (Foto: huffingtonpost.com)

Lava. (Foto: huffingtonpost.com)

Syahida.com – Bentuk siksa yang paling berat bagi penghuni neraka adalah ada hijab (tabir penghalang) antara mereka dengan Allah ‘Azza wa Jalla. Selain itu keberadaan mereka yang jauh dari Allah, bahkan Dia juga berpaling dari mereka, juga merupakan salah satu bagian siksa yang amat berat.

Hal ini seperti ridha Allah kepada penghuni surga adalah jauh lebih tinggi nilainya dibanding dengan segala kenikmatan yang ada di dalamnya. Hadirnya Allah di hadapan mereka merupakan kenikmatan dan karunia yang tiada tara. Allah Ta’ala berfirman: “Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka. Sekali-kali tidak, sesungguhnya mereka pada hari itu benar-benar terhalang dari (melihat) Tuhan mereka. Kemudian, sesungguhnya mereka benar-benar masuk neraka. Kemudian dikatakan (kepada mereka): “Inilah azab yang dahulu selalu kamu dustakan.” (QS. Al Muthaffifin 83: 14-17).

Di dalam ayat tersebut di atas, Allah menyebutkan tiga bentuk adzab bagi penghuni neraka. Pertama, adanya hijab yang menghalangi mereka dengan Allah. Kedua, mereka dihempaskan di dalam Neraka Jahim. Dan ketiga, celaan Allah kepada mereka sebagai hamba yang hina yang telah mendustakan Allah ketika masih di dunia. Selain itu Allah juga mensifati hati mereka sebagai hati yang tertutup. Hal ini disebabkan dosa-dosa yang telah berkarat sehingga menyebabkan hati menjadi hitam dan gelap.

Cahaya dan hidayah Allah tidak akan pernah sampai ke dalam hati seperti ini, lebih-lebih mereka tidak takut atau tidak mengagungkan kebesaran-Nya. Karena hati mereka sejak di dunia telah tertutup dan terhalang dari Allah, maka di akhirat mereka secara otomatis tidak akan bisa melihat Allah (ada hijab di antara mereka dengan-Nya). Hal ini berbeda dengan penduduk surga. Allah Ta’ala berfirman:

Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya. Dan muka mereka tidak ditutupi debu hitam dan tidak (pula) kehinaan.” (QS. Yunus 10: 26). Artinya bahwa mereka yang telah berbuat ihsan akan ditempatkan di dalam surga. Sedangkan ihsan itu sendiri berarti menyembah Allah seakan-akan melihat-Nya.

Hal ini sebagaimana ditafsirkan oleh Rasulullah SAW ketika ditanya oleh Malaikat Jibril a.s. Beliau juga menyebutkan bahwa balasan bagi orang yang berbuat ihsan adalah masuk surga, bahkan akan ditambah dengan berbagai bentuk kenikmatan yang lain. Bentuk kenikmatan yang lain adalah bertemu dengan Allah ‘Azza wa Jalla. Seperti itulah Rasulullah SAW menafsirkan ayat tersebut di atas, sebagaimana dalam hadits Shahih dan yang lainnya.

Ja’far bin Sulaiman berkata: Saya mendengar Aba’ Imran al Jauni berkata: “Sesungguhnya Allah tidak melihat seorang hamba kecuali akan memberinya rahmat, walaupun yang dilihat adalah penduduk neraka. Hanya saja Allah telah memutuskan untuk tidak pernah melihat mereka.”

Ahmad ibn Abu al Hura’ berkata: Kami diberi tahu oleh Muhammad ibn Musa, dari Abu Maryam, dia berkata: “Penduduk neraka akan berkata: Wahai Tuhan kami, limpahkanlah ridha-Mu kepada kami. Silahkan Engkau menyiksa kami dengan berbagai macam bentuk siksaan, asalkan Engkau tidak murka kepada kami. Karena sesungguhnya murka-Mu lebih berat ketimbang siksa-Mu.”



Ahmad berkata: Kami diberitahu oleh Sulaiman ibn Abu Sulaiman, dia berkata: “Kalimat tersebut di atas bukan perkataan yang diucapkan oleh penghuni neraka. Namun perkataan orang-orang yang taat kepada Allah.” Lantas Ahmad berkata: Aku berbicara langsung kepada Abi Sulaiman untuk mengkonfirmasi masalah ini, ternyata beliau membenarkannya. Sesungguhnya penduduk neraka sama sekali tidak akan mampu berkata seperti itu. Hanya orang arif saja yang mampu menyusun perkataan hikmah yang sangat dalam artinya tersebut. Atau boleh jadi perkataan tersebut di atas keluar dari mulut orang-orang Islam yang bermaksiat sehingga harus menjalani hukuman terlebih dahulu di dalam neraka. Seperti halnya di antara penduduk neraka juga ada yang menjerit meminta pertolongan kepada Allah, bukan kepada selain-Nya. Sehingga Allah mengeluarkan mereka karena telah berharap kepada-Nya. Sebagian orang ada yang digiring ke neraka. Akan tetapi karena dia meminta pertolongan kepada Allah, maka Allah pun menyelamatkan mereka.

Ibn al Abbas ibn Masruq berkata: Aku mendengar Suwaid ibn Sa’id berkata: aku mendengar al Fudhail bin Iyadh berkata: “Ada seorang hamba yang berhenti di hadapan Allah ‘Azza wa Jalla tidak membawa amal salih sama sekali. Maka Allah berfirman kepadanya: “Enyahlah Engkau dari hadapan-Ku. Apakah engkau mengenal salah seorang hamba-Ku yang sholeh. Carilah dia, apabila engkau mampu menjumpainya maka Aku akan mengampunimu.” Maka dia pergi dari hadapan Allah dan mencari salah seorang hamba sholeh selama kira-kira tiga puluh tahun. Dia gagal menjumpai seorang sholeh dan kembali di hadapan Allah dalam keadaan tangan hampa. Dia berkata, “Wahai Tuhanku, aku tidak menemukan salah seorang dari hamba-Mu yang sholeh.” Lantas Allah ‘Azza wa Jalla berfirman: “Pergilah kamu ke dalam neraka!” Malaikat Zabaniyah dengan cekatan memegang dan menarik orang itu, namun dia sempat berkata: “Wahai Tuhanku, apabila Engkau mengampuni aku dengan mengetahui salah seorang hamba-Mu yang sholeh, maka sebenarnya aku tahu bahwa mengenal keesaan-Mu akan lebih berhak untuk mengampuniku.” Allah berfirman kepada Malaikat Zabaniyah: “Hentikan, karena sesungguhnya dia mengenal Aku. Aku membebaskan dia dengan keagungan-Ku. Masukkan dia ke dalam taman surga.” [Syahida.com/ANW]

Sumber: Kitab Jerat-Jerat Neraka, Karya: Ibnu Rajab, Penerjemah: Wawan Djunaedi Soffandi, S Ag., Penerbit: Pustaka Azzam

Share this post

PinIt
scroll to top