9 Tanda Sebagai Bukti Penguat Bahwa Kamu Benar-Benar Mencintai Allah, dan Bukan Sekedar Membual

Ilustrasi. (Foto: alrasikh.uii.ac.id)

Ilustrasi. (Foto: alrasikh.uii.ac.id)

Syahida.com – Cinta hamba kepada Allah, maka ketahuilah bahwa cinta itu tentu dinyatakan setiap orang. Jiwa yang terpedaya ialah jika ia membual mencintai Allah, namun tidak mengujinya dengan tanda-tanda tertentu dan tidak menuntutnya untuk menghadirkan bukti penguat.

1. Kecintaan bertemu Allah di surga

Di antara tanda-tanda itu adalah kecintaan untuk bersua Allah di surga. Tidak bisa digambarkan, hati yang mencintai kekasih, melainkan ia tentu suka bersua dan menyaksikannya. Hal ini bukan berarti menafikan ketidaksukaan terhadap kematian. Bisa saja orang mukmin tidak suka terhadap kematian dan tidak suka bersua Allah setelah meninggal dunia.

Di antara orang-orang salaf ada yang mencintai kematian dan di antara mereka ada yang membencinya, entah karena cintanya yang melemah, atau entah karena keadaan dirinya yang sedang diselubungi cinta terhadap sesuatu dari keduniaan, atau entah karena dia melihat dosa-dosanya, lalu lebih suka untuk hidup agar bisa bertaubat.

Di antara mereka ada yang merasa masih berada pada tahap awal dari cinta, sehingga tidak suka segera meninggal dunia sebelum dia mempunyai kesiapan untuk berjumpa Allah. Keadaan ini seperti orang yang sedang dimabuk cinta dan mendengar akan kedatangan kekasihnya. Dia ingin agar kedatangan kekasihnya itu diundur sekitar satu jam, agar dia bisa mempersiapkan tempat tinggalnya dan menenangkan keadaannya untuk menyongsong kedatangan sang kekasih, sehingga dia bisa menghadapinya seperti yang diinginkannya, dengan hati yang lapang tanpa diganggu kesibukan yang lain dan tidak terbebani sesuatu pun. Ketidaksukaan karena yang demikian ini tidak menafikan kesempurnaan cinta. Tandanya ialah tekun dalam beramal dan giat dalam mempersiapkan diri.

2. Lebih mementingkan apa yang dicintai Allah

Di antara mereka ada yang lebih mementingkan apa yang dicintai Allah daripada apa yang dia cintai, baik zhahir maupun batinnya. Karena itu dia tidak mau mengikuti hawa nafsunya, tidak malas, senantiasa berada dalam ketaatan kepada Allah dan bertaqarrub kepada-Nya dengan shalat-shalat nafilah.

Siapa yang mencintai Allah tentu akan mendurhakai-Nya. Hanya saja kedurhakaan ini tidak menafikan dasar cinta, hanya sekedar berseberangan dengan kesempurnaannya. Berapa banyak orang yang mencintai kesehatan namun memakan sesuatu yang mendatangkan mudharat baginya. Sebab tindakannya, karena ma’rifat melemah dan nafsu menguat, sehingga dia tidak mampu memenuhi hak-hak cinta. Hal ini ditunjukkan hadits Nu’man, bahwa suatu kali dia dibawa ke hadapan Rasulullah SAW, lalu dijatuhi hukuman karena kesalahannya. Pada hari lain dia dibawa lagi ke hadapan beliau dan dijatuhi hukuman lagi. Lalu ada seseorang yang mengutuk Nu’man, seraya berkata, “Alangkah banyak kesalahan yang dilakukannya!”

Lalu Nabi SAW bersabda, “Janganlah engkau mengutuknya, karena dia mencintai Allah dan Rasul-Nya.” (Diriwayatkan Al-Bukhari).

Kedurhakaan tidak mengeluarkannya dari cinta, tapi kedurhakaan itu mengeluarkannya dari kesempurnaan cinta.



3. Senantiasa berdzikir dengan lisan dan hati

Di antara tanda-tanda cinta ialah senantiasa berdzikir kepada Allah, lidahnya tidak pernah lekang dari penyebutan nama-Nya dan hatinya tidak pernah lepas dari asma-Nya. Siapa yang mencintai sesuatu, lidahnya tentu selalu menyebut-nyebutnya.

4. Suka membaca Al Qur’an

Di antara tanda-tanda cinta kepada Allah ialah suka menyebut nama-Nya, juga mencintai Al Qur’an yang merupakan kalam-Nya dan mencintai Rasul-NYa, Allah berfirman,

Katakanlah, ‘Jika kalian (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosa kalian.” (Ali Imran: 31).

Sebagian di antara orang salaf berkata, “Saya sudah mendapatkan kelezatan munajat dan aku tekun membaca Al Qur’an. Suatu kali aku tidak membacanya. Dalam tidur aku bermimpi ada yang berkata kepadaku, “Jika kamu mencintai-Ku, lalu mengapa kamu menghindari Kitab-Ku? Apakah kamu tidak memperhatikan isinya, tentang teguran-Ku yang halus?’”

5. Suka Bermunajat dan shalat tahajud

Di antara tanda cinta itu ialah kegemaran mengasingkan diri untuk bermunajat kepada Allah, membaca kitab-Nya, banyak melakukan tahajjud, mengisi kesepian malam dan kejernihan waktu dengan memutuskan segala belenggu. Tingkatan cinta paling minim ialah kenikmatan menyendiri dengan kekasih dan memanggil-manggil namanya.

Diriwayatkan bahwa ada seseorang ahli ibadah yang sedang beribadah kepada Allah di sebuah tanah lapang pada siang hari. Lalu dia melihat ada seekor burung yang membuat sarang di sebuah pohon dan dijadikan sebagai tempat tinggalnya sambil berkicau riang. Ahli ibadah itu berkata kepada diri sendiri. “Andaikan aku memindahkan tempat sujudku ke atas pohon itu, tentu aku bisa menikmati kicau burung itu.” Maka dia pun melaksanakan niatnya itu. Lalu Allah menurunkan wahyu kepada nabi mereka, untuk mengatakan kepada ahli ibadah tersebut, “Engkau bersanding dengan makhluk, agar Aku benar-benar memberikan suatu derajat kepadamu, yang tiada bisa diperoleh dengan sesuatu pun dari amalmu.”

Jadi, tanda cinta ialah senantiasa bermunajat kepada kekasih dan menikmati kelezatan bersanding dengannya dan menyingkirkan segala sesuatu yang dapat menganggu kebersamaan dan munajat itu merupakan puncak kenikmatan, yang bisa mengenyahkan segala kedukaan. Cinta dan kasih menenggelamkan hatinya, hingga dia tidak bisa lagi memahami segala urusan dunia, andaikan urusan keduniaan itu tidak selalu didengarnya.

6. Menggunakan waktu dan kesempatan, untuk Allah

Di antara tanda cinta ialah merasa sayang atas kesempatan yang lewat tanpa menyebut nama Allah dan taat kepada-Nya. Tsabit Al-Bannani Rahimahullah berkata, “Aku terus-menerus shalat selama dua puluh tahun, dan selama dua puluh tahun itu pula aku mendapatkan kenikmatan.”

Al-Junaid berkata, “Tanda cinta ialah selalu aktif, bernafsu terhadap sesuatu yang bisa mengecoh badannya tetapi tidak bisa mengecoh hatinya. Yang seperti ini banyak sekali kesaksiannya. Orang yang dimabuk cinta tidak merasa kebenaran melakukan apa yang diinginkan sang kekasih, hatinya merasakan kenikmatan karena dapat melayaninya, sekalipun mungkin terasa berat menurut ukuran fisiknya. Setiap cinta tentu ada saja yang memaksa. Jika kekasihnya lebih suka agar dirinya tidak malas, tentu dia akan meninggalkan kemalasan dan bangkit untuk melayaninya. Jika sang kekasih lebih suka dirinya daripada harta benda, maka dia meninggalkan harta benda, demi cintanya kepada sang kekasih.

7. Menyayangi semua hamba Allah dan keras pada musuh-musuh-Nya

Di antara tanda cinta ialah menyayangi semua hamba Allah, mengasihi mereka, dan bersikap tegas terhadap musuh-musuh-Nya, sebagaimana firman-Nya,

“Mereka keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka.” (Al-Fath: 29).

Dia tidak peduli terhadap cacian orang-orang yang suka mencela karena Allah dan tidak bergeming karena kemarahan manusia kepadanya.

Inilah di antara tanda-tanda cinta. Jika semua tanda-tanda ini berhimpun pada diri seseorang, maka sempurnalah cintanya dan mendapatkan minuman yang jernih di akhirat serta dihidangkan khusus bagi dirinya. Siapa yang cintanya bercampur dengan cinta kepada selain Allah, maka dia akan mendapatkan kenikmatan di akhirat sesuatu dengan kadar cintanya. Minumannya di akhirat akan bercampur dengan minuman orang-orang yang mendekatkan diri kepada-Nya. Sebagaimana firman-Nya,

Sesungguhnya orang yang berbakti itu benar-benar berada dalam kenikmatan yang besar (surga), mereka (duduk) di atas dipan-dipan sambil memandang. Kamu dapat mengetahui dari wajah mereka kesenangan mereka yang penuh kenikmatan. Mereka diberi minum dari khamar murni yang dilak (tempatnya), laknya adalah kesturi; dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba. Dan campuran khamar murni itu adalah dari tasnim, (yaitu) mata air yang minum daripadanya orang-orang yang didekatkan kepada Allah.” (QS. Al Muthaffifin: 22-28)

Semua akan mendapat balasan masing-masing, yang baik dibalas dengan kebaikan, dan yang buruk dibalas dengan keburukan pula.

Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.” (QS. Az-Zalzalah: 7-8)

8. Merasa Takut kepada Allah

Di antara tanda cinta, bahwa dengan cintanya itu dia merasa takut antara enggan dan pengagungan. Takut tidak bertentangan dengan cinta. Kekhususan-kekhususan rasa takut ini hanya bagi orang-orang yang mencintai, bukan bagi yang lain. Hanya saja rasa takut itu berbeda-beda. Pada awal mulanya merupakan ketakutan untuk berpaling. Yang lebih menakutkan adalah ketakutan terhadap pembatas, dan yang lebih menakutkan lagi adalah jarak yang jauh.

9. Menyembunyikan cinta

Di antara tanda cinta ialah menyembunyikan cinta itu dan tidak membual, karena didorong pengagungan terhadap kekasih, rasa enggan dan cemburu untuk merahasiakannya. Sebab cinta itu merupakan rahasia sang kekasih. Adakalanya orang yang dimabuk cinta seperti orang yang benar-benar mabuk, lalu tanpa sadar dia menampakkan rasa cintanya itu. Jika keadaannya seperti ini, maka dia dimaklumi. [Syahida.com/ANW]

===

Sumber : Kitab MINHAJUL QASHIDIN, “Jalan orang-orang yang mendapat petunjuk”, Karya IBNU QUDAMAH, Penerjemah: Kathur Suhardi, Penerbit: Pustaka Al Kautsar

Share this post

PinIt
scroll to top