Kisah Nyata Menyedihkan yang Menunjukkan Akibat dari Mempunyai Teman yang Buruk

Ilustrasi. (Foto: vk.com)

Ilustrasi. (Foto: vk.com)

Oleh : Syeikh Khalid Rashid

Syahida.com – Ini adalah kisah seorang tetanggaku. Ayahnya datang dengan menangis dan memberitahuku kisah sedih ini. Sebuah kisah yang menunjukkan akibat dari mempunyai teman yang buruk. Dia berhenti menangis, kemudian menceritakanku kisah tentang putranya yang berumur 19 tahun.

Dia berkata putranya sholeh, tenang, suka melakukan kebaikan. Dia selalu menjaga shalatnya, dan hanya berteman dengan orang-orang sholeh. Kemudian tiba-tiba dia berubah, dan dia meninggalkan teman-temannya, dan perilakunya juga mulai berubah. Dia mulai sering begadang dan tidur tanpa shalat Isya. Dia sering bolos sekolah, dan dia mulai sering berbohong kepada abangnya dan ibunya, untuk mendapatkan uang dari mereka dengan cara apapun yang dia bisa. Bau asap rokok tercium darinya kapanpun dia pulang, padahal sebelumnya dia wangi parfum dan misik.

Putraku dengan cepat berubah. Dan akhirnya aku tahu bahwa dia memakai narkoba dan mabuk-mabukan. Semua ini terjadi dalam waktu singkat. Ini menunjukkan betapa bahayanya teman yang buruk, semuanya hancur dalam waktu singkat.

Sang ayah melanjutkan ceritanya dan air mata membasahi pipinya. Dia berkata, “Aku mencoba menyembuhkannya dari kecanduan ini. Jadi aku memasukkannya ke rumah sakit Amal, tapi dia menolak untuk diobati. Aku bepergian dengannya ke klinik di luar kota untuk mencari obat baginya. Dia mulai membaik tapi ketika kami kembali, teman-temannya kembali mengelilingi, jadi dia menjadi lebih buruk daripada sebelumnya. Jadi aku tidak menemukan pilihan lain kecuali menguncinya di dalam rumah. Biarkan dia menemukan kesembuhan di sana atau meninggal dengan penyakitnya. Aku menguncinya dalam sebuah ruangan.”

Dan demi Allah, sang ayah menceritakan ini kepadaku sambil menangis. Dia berkata, “Aku menguncinya dalam sebuah ruangan, makan dan minum di dalam sana, dan aku hanya masuk untuk memberikannya makanan. Dan aku memberitahu semua orang agar jangan membukakan pintu untuknya dalam situasi apapun. Tidak peduli apa yang dia katakan, atau seberapa sering dia menangis, jangan pernah bukakan pintu untuknya”, kataku.

Aku sering mendengar dia meraung dan menangis, dan hal itu membuat hatiku pedih, tapi aku ingin agar dia sembuh dari penyakitnya. Karena teman-teman buruk itu.

Sampai suatu hari, aku pulang kerja dan menemukan pintu ruangannya terbuka dan dia tidak ada di sana. Aku berkata, “Dimana dia dan siapa yang membukakan pintu untuknya?” Mereka berkata, “Neneknya datang berkunjung, dan ketika dia mendengar suara neneknya, dia mulai berteriak dan memanggil-manggilnya.” Katanya, “Mereka menyakitiku, mereka mendzalimiku, aku bertaubat! Aku telah menyerah. Bukankah sekarang waktunya mereka untuk membebaskanku?” Dan dia terus menangis sampai neneknya membukakan pintu untuknya. Dan teman-teman buruknya sedang ada di dekat rumahnya pada waktu itu dengan mobil mereka, dan mereka mulai memanggilnya agar keluar. Jadi ketika dia mendengar mereka, dia pun keluar.



Sang ayah bercerita dengan air mata mengaliri wajahnya. “Aku mencarinya dimana-mana, tapi tak dapat menemukannya. Dia telah pergi selama 3 hari, dan aku mencarinya ke berbagai tempat. Tapi aku tidak menemukan dia atau teman-temannya. Jadi aku berserah kepada Allah dan menyerahkan perkara dan putraku di tangan-Nya. Tapi sebuah firasat dalam diriku berkata bahwa dia tidak akan pernah kembali. Setelah 3 hari, pada larut malam, seseorang mengetuk pintu. Aku berkata, “Ya Allah, aku berlindung pada-Mu dari kejadian tiba-tiba yang datang di malam dan siang hari, kecuali kejadian yang baik.”

Aku membuka pintunya dan melihat mobil polisi, jadi mereka bertanya padaku, “Apakah kau fulan bin fulan?” Aku berkata, “Ya.” – Ya Allah, buatlah ini baik. Mereka berkata, “Ikutlah dengan kami, ada perkara serius.” Aku berganti pakaian dan mengikuti mereka, sementara hatiku gemetar ketakutan dan aku tidak tahu kabar apakah itu. Mereka berkata, “Tunggulah.”

Kami tiba di sebuah mall, dan pada waktu itu sudah tutup karena sudah larut malam. Mereka membuka pintunya dan kami masuk ke dalam. Kemudian mereka membawaku ke toilet dan membuka pintu salah satu biliknya dan berkata, “Apakah kau kenal dengan jasad ini?” DIA ADALAH PUTRAKU YANG BERUMUR 19 TAHUN! Putra yang kubesarkan. Dimana aku mengajarnya agar menjadi anak sholeh, dan aku berharap suatu hari dia akan menjadi dewasa. Putra yang kuharap dapat membantuku pada urusan agama dan hidupku. Di sana, aku menemukannya telah meninggal, di bilik itu, dengan mulut yang berbusa (karena over dosis) dan sisa-sisa narkoba yang dipakainya ada di dekatnya.

DIMANA TEMAN-TEMANNYA? DIMANA ORANG-ORANG JAHAT ITU?! Kenapa mereka meninggalkannya di sana? KENAPA MEREKA MENINGGALKANNYA DI SANA??”

Demi Allah, dia bercerita dengan air mata di pipinya. Demi Allah, putranya tadinya adalah orang sholeh! Demi Allah dia orang sholeh, dan termasuk orang-orang yang berbuat kebaikan. Sampai mereka terus-menerus bergaul dengannya sampai dia meninggal pada kondisi yang mengenaskan. Kebaikan apa yang ada pada diri mereka? Mereka telah menjauhkannya dari Allah. Demi Allah mereka akan menyesal! Dan mereka akan saling mencela satu sama lain. Dan setiap dari mereka akan menggigit jari. Allah berfirman:

Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang zalim menggigit dua tangannya, seraya berkata: “Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rasul”. Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan sifulan itu teman akrab(ku). Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al Quran ketika Al Quran itu telah datang kepadaku. Dan adalah syaitan itu tidak mau menolong manusia.” (QS. 25: 27-29)

Para ulama berkata bahwa ayat itu berkenaan dengan Uqbah ibn Abi Muair dan orang-orang yang mengikuti langkahnya. Dan karena itu Uqbah ingin menjadi seorang Muslim. Tapi dia mempunyai seorang teman yang mencegahnya menjadi Muslim.

Suatu hari temannya berkelana ke Syam, sehingga Uqbah mengambil kesempatan ini untuk bersyahadat. Dia pun menjadi Muslim. Ketika temannya kembali, dia pergi ke rumah Uqbah, tapi dia tidak menemukan Uqbah di sana dan ibunya yang kafir memberitahu bahwa Uqbah telah menjadi Muslim dan telah meninggalkan agama ayahnya. Jadi dia pun marah dan mencari Uqbah. Dia pun menemukannya. Jadi dia memberitahunya, “Ibumu berkata bahwa kau menjadi Muslim, dengan Muhammad dan orang-orang yang bersamanya.” Kemudian ego di dalam dirinya menguasainya, sehingga dia menyangkalnya dan dia berkata kepada temannya, “Itu tidak benar.”

Temannya berkata, “Aku tidak percaya padamu sampai kau menghampiri Muhammad dan meludahi wajahnya.” Jadi Uqbah melakukannya! Kemudian dia murtad (keluar) dari Islam. Dan pada Perang Badar, para sahabat Nabi Muhammad SAW yang sholeh membunuhnya, dalam keadaan murtad (keluar dari Islam), dia dan pemimpin-pemimpin kaumnya.

Kemudian Rasulullah SAW berdiri di dekat jasad mereka dan mulai memanggil nama-nama mereka, “Wahai fulan bin fulan, wahai fulan bin fulan….” Umar r.a berkata, “Ya Rasulullah bagaimana mungkin mereka mendengarmu, sementara mereka sudah mati?”

Nabi Muhammad SAW menjawab, “Kau mendengarku sebagaimana mereka juga mendengarku karena Allah telah mengembalikan ruh mereka sehingga mereka dapat mendengar kata-kata ini, sehingga hal ini akan membuat mereka teramat menyesal.”

Jadi Rasulullah SAW memanggil mereka, “Wahai Abu Jahal, wahai Uqbah, wahai Utbah, wahai fulan bin fulan, kamu sesungguhnya telah menyaksikan bahwa janji Tuhan kami benar adanya. Apakah kalian juga menyaksikan bahwa janji Tuhan kalian benar?”

Celakalah kepada mereka dan pengikutnya. Celakalah kepada mereka yang lebih memilih berteman dengan orang-orang yang zalim dan bukannya berteman dengan orang-orang baik. Demi Allah mereka akan menangis darah, bukannya air mata, dan mereka akan menggigit jari karena menyesal, dan cinta mereka terhadap satu sama lain akan digantikan dengan kebencian dan permusuhan, sebagaimana firman Allah SWT:
Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa.” (QS. 43: 67)

Ya, orang-orang dzalim pada hari kiamat akan bermusuhan sebagai akibat dari dosa-dosa mereka. Dan orang-orang sholeh pada hari itu akan menjadi teman dekat, sebagai akibat dari keimanan dan kesabaran mereka. [Syahida.com/ANW]

===

Oleh : Syeikh Khalid Rashid

Share this post

PinIt
scroll to top