Pandemik, COVID-19, Babi, dan Akhir Zaman

Babi, Virus, dan Wabah Penyakit

Syahida.com – Pada saat awal terjadinya wabah COVID-19, New York Times memuat sebuah artikel opini dengan judul “Untuk Memahami Wuhan Coronavirus, Lihat Segitiga Epidemi”. Artikel tersebut ditulis oleh Dan Werb, seorang asisten profesor pada divisi penyakit menular dan kesehatan masyarakat global di University of California, San Diego, dan direktur Pusat Evaluasi Kebijakan Obat-Obatan.

Ada informasi menarik yang perlu saya kutip dari tulisan tanggal 30 Januari 2020 tersebut, yaitu:

Pada pertengahan abad ke-16, bebek diperkenalkan ke sawah padi Cina untuk memakan serangga yang menghancurkan tanaman. Itu artinya bebek bergabung dengan fitur umum lain dari peternakan di Cina, yaitu: babi. Biologi bebek yang unik membuatnya menjadi ruang berkembang biak (reservoir) yang bagus untuk sejumlah besar virus, sedangkan babi sangat efisien dalam mencampur virus yang berbeda bersama-sama menjadi strain baru dan menularkannya ke manusia. Mengembangbiakkan kedua hewan ini – bebek dan babi – secara berdekatan dengan cepat menyebabkan kombinasi dan penularan strain virus baru. Patogen baru dan sangat ganas – strain gabungan influenza babi-bebek – kemudian melintasi penghalang spesies dan telah menyiksa manusia sejak saat itu. [1]

Dari artikel di atas, saya coba ambil beberapa poin penting, yaitu:

  • Bahwa di dalam tubuh hewan-hewan memang bisa jadi mengandung virus, dalam kasus di atas contohnya adalah bebek
  • Namun penularan virus dari hewan ke manusia paling efisien terjadi melalui babi, bukan dari bebeknya itu sendiri
  • Babi sendiri, selain berpotensi sebagai media penularan, juga merupakan “pabrik” yang efisien dalam hal pencampuran berbagai macam virus dalam tubuhnya. Mungkin ini rahasia diciptakannya babi, dan rahasia mengapa diharamkannya memakan babi.

Poin-poin di atas mengingatkan saya tentang hikmah yang pernah diungkapkan oleh Muhammad Rasyid Ridha. Dia mengungkapkan bahwa salah satu hikmah haramnya babi karena babi membawa virus berbahaya dan termasuk jenis hewan yang menyukai kotoran. [2] Sementara itu Sulaeman Qûsh menegaskan dalam laporannya bahwa babi adalah salah satu jenis hewan yang mengantongi pelbagai jenis virus yang mematikan. Maka dari itu, ia tidak layak dikonsumsi manusia. [3]

Sementara itu Sahar Talaat dalam Liqâh Influensa al-Khanâzîr (2009), yang dikutip oleh Muhammad Widus Sempo, mengungkapkan bahwa tsunami bahaya babi bukan hal yang dapat ditutupi dan dipungkiri, khususnya pasca wabah flu babi (H1N1, atau H1N1/09) yang menggemparkan dunia (pandemik) pada tahun 2009. Virus ini terdiri dari 5 jenis virus yang berbeda, yaitu: flu babi dan burung di Amerika Timur, flu manusia, dan dua flu babi asal Asia dan Eropa. Yang jelasnya, komplikasi virus-virus ini terjadi di tubuh babi. [4]



Babi, Nabi Isa, dan Akhir Zaman

Sebelumnya, saya pernah menulis bahwa bisa jadi pada akhir zaman nanti, yaitu pada saat Dajjal muncul, bumi sedang terjadi pandemik (wabah penyakit). Wilayah yang bebas dari pandemik pada masa itu adalah kota Madinah [5]. Tersirat dalam hadits berikut ini:

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى أَنْقَابِ الْمَدِينَةِ مَلَائِكَةٌ لَا يَدْخُلُهَا الطَّاعُونُ وَلَا الدَّجَّالُ

Rasulullah SAW bersabda: “Jalan-jalan Madinah dijaga oleh para malaikat, sehingga kota itu tidak bisa dimasuki wabah penyakit dan dajjal.” (HR. Shahih Bukhari: 6600) [6]

Sementara itu, di akhir zaman nanti, Nabi Isa AS akan turun ke bumi. Salah satu misinya adalah untuk menghadapi Dajjal. Uniknya, pada saat Nabi Isa turun, dia juga akan membunuh babi. Hal ini sebagaimana diterangkan dalam hadits berikut:

رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يَنْزِلَ فِيكُمْ ابْنُ مَرْيَمَ حَكَمًا مُقْسِطًا فَيَكْسِرَ الصَّلِيبَ وَيَقْتُلَ الْخِنْزِيرَ وَيَضَعَ الْجِزْيَةَ وَيَفِيضَ الْمَالُ حَتَّى لَا يَقْبَلَهُ أَحَدٌ

“Tidak akan terjadi kiamat hingga Isa bin Maryam turun sebagai hakim yang adil yang dia menghancurkan salib, membunuh babi, membebaskan jizyah, dan harta melimpah ruah sampai tidak ada seorang pun yang mau menerimanya”. (HR. Bukhari: 2296). [7]

Islam sendiri mengajarkan bahwa pada prinsipnya babi haram untuk dimakan, tapi bukan berarti harus dibunuh. Sebagaimana dalam larangan dari Allah SWT berikut ini:

اِنَّمَا حَرَّمَ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةَ وَالدَّمَ وَلَحْمَ الْخِنْزِيْرِ وَمَآ اُهِلَّ بِهٖ لِغَيْرِ اللّٰهِ ۚ فَمَنِ اضْطُرَّ غَيْرَ بَاغٍ وَّلَا عَادٍ فَلَآ اِثْمَ عَلَيْهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ ﴿البقرة : ۱۷۳﴾

“Sesungguhnya Dia hanya mengharamkan atasmu bangkai, darah, daging babi, dan (daging) hewan yang disembelih dengan (menyebut nama) selain Allah. Tetapi barang siapa terpaksa (memakannya), bukan karena menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS. Al-Baqarah: 173) [8]

Sementara itu, pada saat nanti Nabi Isa AS turun ke bumi, dia akan menjadi umat nabi Muhammad SAW. Hal ini karena, Nabi Muhammad SAW adalah nabi terakhir, nabi penutup, tidak ada lagi nabi setelah Nabi Muhammad SAW. Oleh karena itu pada saat Nabi Isa turun ke bumi, dia tidak membawa syariat baru, namun dia akan mengikuti Kitabullah (Al-Quran) dan Sunnah Nabi SAW. Hal ini dijelaskan dalam hadits riwayat Muslim sebagai berikut:

رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ كَيْفَ أَنْتُمْ إِذَا نَزَلَ فِيكُمْ ابْنُ مَرْيَمَ فَأَمَّكُمْ مِنْكُمْ

فَقُلْتُ لِابْنِ أَبِي ذِئْبٍ إِنَّ الْأَوْزَاعِيَّ حَدَّثَنَا عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ نَافِعٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ وَإِمَامُكُمْ مِنْكُمْ قَالَ ابْنُ أَبِي ذِئْبٍ تَدْرِي مَا أَمَّكُمْ مِنْكُمْ قُلْتُ تُخْبِرُنِي قَالَ فَأَمَّكُمْ بِكِتَابِ رَبِّكُمْ تَبَارَكَ وَتَعَالَى وَسُنَّةِ نَبِيِّكُمْ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

Rasulullah SAW bersabda: “Bagaimana keadaan kalian apabila Isa putra Maryam turun pada kalian dan menjadi pemimpin kalian.” Lalu aku berkata kepada Ibnu Abu Dzi’b bahwa al-Auza’i telah menceritakan kepada kami, dari az-Zuhri dari Nafi’ dari Abu Hurairah, “Pemimpin kalian adalah dari kalian.” Ibnu Abu Dzi’b berkata: “Apakah kamu tahu sesuatu apa (yang dijadikan dasar) memimpin kalian?” Aku balik bertanya, “Apakah kamu akan mengabarkannya kepadaku?” Ibnu Abu Dzi’b berkata: “Dia akan memimpin kalian berdasarkan Kitabullah dan Sunnah Nabi Kalian shallallahu ‘alaihi wa sallam’.” (HR. Muslim: 224) [9]

Lalu, mungkin di antara kita ada yang bertanya-tanya, “mengapa Nabi Isa sebagai bagian dari umat Nabi Muhammad malah justru membunuh babi? Sedangkan umat Nabi Muhammad hanya diharamkan untuk memakan babi.”

Tentang membunuh babi ini, tetap sesuai dengan syariat Islam, namun hal ini lebih rinci masuk dalam bahasan Fiqih. Singkatnya, dalam fiqih, membunuh hewan itu tergantung situasinya. Pada prinsipnya, apabila sesuatu itu sudah mencapai taraf membahayakan nyawa manusia (darurat) atau menimbulkan mudharat, maka sesuatu itu perlu dihilangkan. Jadi jika ada suatu kondisi di mana hewan tersebut membahayakan nyawa manusia, maka perlu dibunuh. Ini suatu hal yang umum.

Hal tersebut terkait dengan hadits Arbain ke-32 sebagai berikut:

رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَضَى أَنْ لَا ضَرَرَ وَلَا ضِرَارَ

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memutuskan bahwa tidak boleh berbuat madharat (dharar) dan hal yang menimbulkan madharat (dhirar).(HR. Ibnu Majah: 2331) [10]

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka saya memprediksi bahwa pada saat Dajjal muncul dan Nabi Isa turun, bumi sedang mengalami wabah penyakit (pandemik), kota yang bebas dari pandemik adalah kota Madinah. Pada saat itu babi merupakan suatu hal yang menimbulkan mudharat (dhirar), di mana babi menjadi media penularan virus mematikan dari hewan ke manusia, sebagai penyebab wabah penyakit. Sehingga status babi menjadi membahayakan bagi nyawa manusia. Oleh karena itu, dibunuhnya babi oleh Nabi Isa pada saat itu, kemungkinan adalah merupakan salah satu upaya darurat, dengan tujuan untuk memutus mata rantai penularan wabah penyakit ke manusia.

Wallahu’alam bishawab. (syahida.com/hdn)

Referensi:

[1] https://www.nytimes.com/2020/01/30/opinion/wuhan-coronavirus-epidemic.html

[2] http://www.dakwatuna.com/2012/01/10/18007/mengapa-ini-diharamkan-kenapa-pula-ia-diciptakan-1/

[3] http://www.dakwatuna.com/2012/01/10/18007/mengapa-ini-diharamkan-kenapa-pula-ia-diciptakan-1/

[4] http://www.dakwatuna.com/2012/01/10/18007/mengapa-ini-diharamkan-kenapa-pula-ia-diciptakan-1/

[5] https://www.syahida.com/2020/03/28/5945/antara-doa-nabi-ibrahim-as-doa-nabi-muhammad-saw-wabah-covid-19-dan-dajjal/

[6] https://hadits.in/bukhari/6600

[7] https://hadits.in/bukhari/2296

[8] https://www.bayan.id/quran/2-173/

[9] https://hadits.in/muslim/224

[10] https://hadits.in/ibnumajah/2331

Share this post

PinIt
scroll to top