Tahanlah Lidahmu… Betapa Sering Sikap Diam Itu Menjadi Obat

Ilustrasi. (kutukatamenulis.blogspot.com)

Ilustrasi. (kutukatamenulis.blogspot.com)

Syahida.com – Disebutkan dalam sebuah riwayat bahwa Nabi SAW tidak melihat Ka’ab, maka beliau menanyakannya. Seorang sahabat memberitahu, bahwa Ka’ab sedang sakit. Maka Rasulullah pergi menjenguknya. Ketika mereka bertemu, Rasulullah berkata kepadanya, “Wahai Ka’ab, bergembiralah!”

Mendengar perkataan Rasulullah , ibunda Ka’ab spontan berkata, “Selamat! Engkau memperoleh surga, wahai Ka’ab!”

Rasulullah SAW lalu bertanya, “Siapa yang berucap seperti itu terhadap Allah?”

Ka’ab menjawab, “Itu ibuku.”

Rasulullah SAW lalu berkata, “Bagaimana engkau tahu, wahai Ummu Ka’ab? Barangkali Ka’ab pernah mengucapkan perkataan yang tidak pantas atau mendengarkan sesuatu yang tidak pantas?”

Lalu Rasulullah SAW pun bersabda, “Ibadah itu ada sembilan bagian dalam bentuk diam, dan satu bagian dalam bentuk menjauhi manusia.”

Dan diceritakan, bahwa ketika Maryam bernazar tidak akan berkata apa pun, dan ia menahan lidahnya karena Allah Ta’ala, maka Allah pun membuat bicara lidah seorang bayi (Isa as.) yang sebenarnya tidak bisa bicara. Allah telah membuatnya bicara karena Maryam.

Siapapun yang memelihara lidahnya karena Allah di dunia, maka Allah akan membuat lidahnya mudah mengucapkan syahadat ketika hendak meninggal dan berjumpa Allah. Dan siapa saja yang tidak menjaga lidahnya untuk menodai kehormatan kaum muslimin dan mengikuti cela-cela mereka, maka Allah akan menahan lidahnya dari mengucapkan syahadat ketika hendak meninggal.



Rasulullah SAW bersabda, “Siapa yang banyak bicara, maka banyak salahnya. Dan siapa yang banyak salahnya, maka banyak pula dosanya. Dan siapa yang banyak dosanya, maka neraka lebih pantas baginya.”

Oleh karena itu, Abu Bakar ash-Shiddiq ra sering menyumbat mulutnya dengan batu untuk menahan dirinya berbicara.

Dan disebutkan bahwa Umar ibnul Khaththab ra pernah berpidato di depan orang banyak, “Sesungguhnya Tuhan kalian yang Maha Tinggi berfirman, ‘Wahai anak cucu Adam! Mengapa engkau menganjurkan kepada manusia untuk berbuat kebaikan dan engkau sendiri meninggalkannya? Wahai anak cucu Adam! Mengapa engkau mengingatkan manusia sedang engkau lupa dirimu sendiri? Wahai anak cucu Adam! Mengapa kalian berdoa kepada-Ku lalu engkau lari menjauh dari-Ku? Jika seperti itu yang kamu katakan, maka tahanlah lidahmu. Ingatlah akan kesalahanmu, lalu diamlah di rumahmu.’”

Dalam sebuah syair disebutkan,

Jaga lidahmu, wahai manusia!

Jangan sampai ia membunuhmu, sebab ia adalah ular berbisa

Berapa banyak penghuni kubur mati karena lidahnya

Hingga para ksatria gentar menghadapinya

Disebutkan bahwa setiap pagi seluruh anggota badan menemui lidah dan berkata kepadanya, “Kami minta agar engkau bersikap lurus. Sebab, jika engkau bersikap lurus, maka kami akan ikut lurus. Tetapi jika kamu menyimpang, maka kami pun ikut menyimpang.”

“Diam itu bermanfaat, sedang berbicara itu berbahaya

Betapa sering sikap diam itu menjadi obat

Jika engkau inginkan perkataan sebagai obat bagi penyakit hatimu.

Maka Al Qur’an lah obat yang engkau cari”

Dan ketahuilah bahwa mencari tahu aib orang lain itu justru bisa berakibat tersingkapnya aib sendiri yang selama ini rapat disembunyikan.

Allah Azza wa Jalla telah melarang hal itu dalam kitab-Nya, “Dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain.” (Al-Hujurat: 12)

Telah diriwayatkan dari Nabi SAW dari Jibril as, dari Allah Ta’ala, bahwa Dia telah berfirman, “ Wahai Musa, ada lima  kalimat yang menjadi penutup Kitab Taurat. Jika kamu mengamalkannya maka bermanfaatlah bagimu ilmu Taurat itu. Tetapi jika kamu mengamalkannya, maka tidaklah bermanfaat bagimu ilmu Taurat itu;

Pertama: Wahai Musa! Jadilah engkau orang yang yakin dengan rezeki-Ku yang telah dijamin bagimu, selama engkau belum melihat kekayaan-Ku habis.

Kedua: Wahai Musa! Jangan sekali-kali kamu takut pada penguasa bumi, sebelum engkau melihat kekuasaan-Ku lenyap.

Ketiga: Wahai Musa! Jangan mencari-cari aib seseorang, selama kamu tidak terbebas dari aib.

Keempat: Wahai Musa! Jangan sekali-kali meninggalkan perang melawan setan, selama ruhmu masih di kandung badan.

Kelima: Wahai Musa! Jangan merasa aman dari siksa-Ku, sekalipun engkau telah melihat dirimu di dalam surga.”

Rasulullah SAW bersabda, “Tiada seseorang yang melihat cacat pada saudaranya, lalu ia menyembunyikannya untuknya, melainkan karenanya Allah akan memasukkan ke dalam surga.”

Beliau juga bersabda, “Barang siapa yang memaafkan kesalahan seorang muslim, maka Allah akan memaafkan kesalahannya pada hari Kiamat.”

 Sumber : Kitab Ibnu Jauzi 

Share this post

PinIt
scroll to top