Pentingnya Pujian Bagi Suami-Istri

Ilustrasi. (Foto : zakwanmusafir.blogspot.com)

Ilustrasi. (Foto : zakwanmusafir.blogspot.com)

Syahida.com – Seorang penyair bersenandung,

Mengapa engkau tidak kupuji

Selama engkau menepati janji

Sebab orang yang sudi semakin susah dicari

Engkau juga berjanji padaku meski kau miliki diriku

Aku tetap mendapat maafmu

Kata maaf begitu indahnya dari orang berada

Secara naluriah, setiap manusia pasti suka di puji. Jika seseorang berbuat kebajikan, namun tidak ada yang menghargai atau memujinya, pasti dia akan tersiksa. Ini artinya, menginginkan pujian adalah manusiawi yang dibutuhkan oleh setiap orang. Dalam sebuah hadits disebutkan, Siapa yang tidak berterima kasih kepada orang lain, maka dia tidak berterima kasih kepada Allah.



Namun sayang, kebanyakan orang merasa berat mengucapkan kata terima kasih, hingga dia tidak bersyukur kepada Allah. Allah menggambarkan mereka sebagai golongan minoritas dalam firman-Nya,

“Dan sedikit sekali dari hamba-hambaKu yang berterima kasih.” (As-Saba’: 34: 13)

Karena itu, seyogyanya antara suami-istri harus saling berterima kasih satu sama lain dan saling memuji kebajikan masing-masing agar memperoleh ridha Allah.

Pujian dan pujaan juga dapat menjadi penyebab kebahagiaan keluarga, cara menggapai cinta, dan bermanfaat untuk hal-hal berikut ini:

1. Meluruskan perilaku buruk. Pada umumnya nasihat akan dirasakan sebagai sesuatu yang menyinggung. Namun jika nasihat dihiasi dengan pujian, orang yang mendengarnya akan lebih menerima.

2. Pujian merupakan pengakuan atas posisi penting orang yang dipuji, penghormatan atas kebaikan dan kepribadiaanya, serta dapat mendorongya untuk mengabdi dan membangun dirinya dan masyarakat.

3. Pujian yang diberikan seorang suami kepada istri menumbuhkan rasa tenteram pada diri istri, karena suami telah mencintai dan menghargainya.

4. Pujian diberikan seorang istri kepada suami memberikan pengertian dirinya dibutuhkan, diberi kepercayaan dan dihormati.

Rasulullah menyadari pentingnya pujian dan pengaruhnya terhadap seseorang. Rasulullah sering memberi julukan kepada orang-orang disekitarnya yang berfungsi sebagai dukungan, dorongan, dan menanamkan rasa percaya diri kepada mereka. Dalam sirah Nabi banyak contoh semacam ini, misalnya:

> ‘Aisyah ibarat bubur tsarid dalam hidangan.

> Khalid bin Walid adalah Pedang Allah yang terhunus untuk menebas musuh-musuhNya.

> Jika aku hendak mencari seorang kekasih, maka aku akan memilih Abu Bakar.

> Jika ‘Umar menapaki suatu jalan, maka setan pasti menapaki jalan yang lainnya.

> Al-Hasan dan Al-Husen adalah tuan para pemuda surga.

> Zainab adalah yang paling ringan tangan.

> ‘Utsman adalah seorang lelaki yang dapat membuat para malaikat malu.

> ‘Ali adalah lelaki yang dicintai Allah dan Rasul-Nya.

masih banyak lagi contoh-contoh lain yang tidak mungkin ditulis semua dalam lembaran buku ini. Namun, manfaat yang dapat kita petik adalah memberikan julukan indah –sebagai bukti penghargaan kita kepada seseorang- akan membuat kita dicintai dan memberikan pengertian dirinya mempunyai posisi penting bagi kita.

Setiap manusia, meski kepribadian dan tabiatnya jelek, pasti memiliki satu kebaikan atau bahkan lebih, yang harus kita puji dan kita hargai. Barangkali, pujian tersebut dapat menjadi pintu gerbang untuk memperbaiki diri. Konon, ada seorang penyair yang memberi nasihat.

Gudang pujian tak akan habis, meski gudang harta dapat sirna, dan runtuh gedungnya

Carilah semua pujian yang ada, karena ia dapat sirna, jika tak ada yang mencarinya

Nasihat

Jika Anda menginginkan agar istri Anda bahagia, maka sebutlah sifat baik yang Anda temukan dalam dirinya.

-Mengejek dan menghina adalah senjata orang tak berdaya dan tidak punya banyak kemampuan-

-Berhati-hatilah terhadap orang yang lemah yang tidak mendapatkan pertolongan dari Allah-

[Syahida.com]

Sumber : Kitab Teruntuk Sepasang Kekasih, Karim Asy-Sadzili

Share this post

PinIt
scroll to top